KESEJATIAN seorang pemimpin ialah saat ia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, sang pemimpin akan berbuat yang terhebat buat rakyat yang dipimpinnya, bukan sekadar yang terbaik. Adagium Belanda menyebutkan Leiden is lijden. Artinya, memimpin itu menderita. Menjadi pemimpin itu siap berkorban, alih-alih berburu kenyamanan, baik secara ekonomi maupun popularitas.
Pada hal-hal semacam itulah sosok Ali Sadikin tersemat. Bang Ali, sapaan akrabnya, tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin hebat. Saat menjadi Gubernur Jakarta dalam kurun waktu 1966-1977, ia rela tidak populer demi perbaikan nasib warga Ibu Kota.
Hampir semua ‘monumen’ penting Ibu Kota tak bisa dilepaskan dari nama putra kelahiran Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1926 ini. Bukan cuma itu, ia juga sosok yang penuh empati kepada semua lini. Ia tak sanggup melihat kehidupan seniman yang serbasusah. Bukan sekadar basa-basi, empatinya berujung pada aksi nyata: membantu dana atau menemukan solusi.